Menjadi Penulis Terkenal?

Mungkin ada yg sudah pernah membaca tulisan ini, tapi mungkin ada yg belum, jadi saya copas saja note ini ke grup J50K kita ini, smg berguna bagi yg ingin mengirim naskahnya ke penerbit besar, dlm tulisan ini khususnya Gramedia.
Menjadi Penulis Terkenal? Nggak Dilarang Kok!
Note: Copas Dari Group Forum Tinta Sahabat

Menjadi Penulis Terkenal?

Nggak Dilarang Kok!

Pada saat ini banyak sekali orang tertarik untuk menjadi penulis. Bagi kami, pihak penerbit, itu terlihat dari jumlah naskah yang masuk ke sekretariat redaksi setiap bulannya. Memang, kalau seseorang berhasil menuangkan pemikirannya, dan itu menjadi sesuatu yang dibaca banyak orang, apalagi jika berguna bagi orang lain, tentu nilainya bukan hanya masalah finansial, tetapi juga kepuasan batin, karena kita jadi terkenal dan jadi kebanggaan keluarga.

Keuntungan lain yang diperoleh mereka yang berhasil sebagai penulis bukan hanya karya mereka dinantikan banyak orang, tapi juga terbukanya pintu ke profesi lain yang tentunya juga berhubungan dengan tulis-menulis. Banyak penulis fiksi yang karyanya dibeli production house untuk dituangkan dalam bentuk cerita sinetron ataupun film layar lebar. Bahkan kemungkinan besar si pengarang tersebut pun akan ditawari untuk menjadi penulis skenario. Mula-mula mungkin mereka diminta membuat skenario untuk karya-karya mereka sendiri, tapi biasanya akan berlanjut diminta menulis skenario untuk karya-karya orang lain atau menulis skenario pesanan.

Penulis-penulis Gramedia Pustaka Utama yang juga berprofesi sebagai penulis skenario di antaranya yaitu: Hilman, Boim Lebon, Gola Gong, Adra P. Daniel, Gustin Suraji, Zara Zettira, Agnes Jesicca, Serena Luna (Alexandra Leirissa, Donna Rosamayna, dan Julia Stevanny), Poppy Octavianti, serta Alberthiene Endah.

Seperti banyak penerbit lain, Gramedia Pustaka Utama juga kebanjiran naskah masuk setiap harinya. Jika dijumlah, lebih dari 60 naskah setiap bulan. Kalau musim libur, naskah yang masuk semakin banyak. Naskah-naskah yang masuk akan mengalami dua seleksi, yaitu seleksi penerbit (dilakukan oleh editor) dan seleksi pasar (Kalau pasar suka, buku itu laku. Begitu juga sebaliknya. Kalau pasar tidak suka, penjualan bisa macet.)

1. SELEKSI PENERBIT

Tugas editor:

1. Menyeleksi naskah masuk: menilai dan mempertimbangkan

2. Mengedit: membuat naskah menjadi enak dibaca secara teknis (copy-editing EYD & Kamus Besar) dan secara isi keseluruhan (kalimat, paragraf, logika, fakta, dan kesinambungan isi).

3. Proof reader. Setelah selesai diedit, naskah disetting sesuai format buku. Lalu dibaca lagi, masih adakah hal-hal yang terlewati? Proof reader merupakan saringan terakhir redaksi sebelum naskah turun cetak.

4. Berkonsultasi dengan pengarang masalah judul—jika judul kurang sesuai—dan sinopsis.

5. Memesan cover (yang sesuai dengan isi cerita dan gaya ilustrator).

Ada 3 jenis naskah yang bisa lolos seleksi editor:

1. Naskah yang memang sudah bagus/baik luar dan dalam.

Artinya, judulnya bagus, pengarangnya sudah terkenal, isinya juga sudah rapi, bahasanya bagus, tidak memerlukan banyak copy-editing & editing; gaya berceritanya enak, tidak lamban atau bertele-tele, tidak membosankan. Biasanya naskah-naskah yang langsung diterima seperti ini adalah naskah-naskah pengarang senior. Jam terbang sebagai penulis menjadi salah satu sebab.

2. Naskah yang isinya bagus, tapi masih memerlukan copy-editing.

Banyak juga naskah-naskah dari pengarang senior yang memerlukan copy-editing walaupun jam terbang mereka sudah tinggi.

3. Naskah yang isinya lumayan, tapi banyak editing maupun copy-editing.

Biasanya ini naskah pengarang pemula. Ada 2 jenis naskah pemula. Naskah yang hanya dibaca satu editor dan editor yang bertugas mengatakan naskah ini bagus, hanya perlu editing dan copy-editing. Kedua, naskah yang dibaca oleh lebih dari satu editor. Ini disebabkan editor yang pertama tidak yakin, naskah ini lolos seleksi atau tidak. Jadi perlu pendapat dari editor lain. Biasanya naskah cukup menarik, tapi kami ragu-ragu, menarik sekali atau tidak ya. Biasanya yang lolos second opinion akan mendapat kesempatan diterbitkan. Nah, sebagian besar naskah golongan ketiga ini akan mengalami banyak editing isi (fakta yang tidak menyambung) dan copy-editing.

Apa yang menjadi pertimbangan para editor ketika memilih naskah?

1. Judul.

Judul harus menarik. Biasanya judul sesuai dengan jenis tulisan/naskah, atau ada pengarang yang judul-judulnya khas.

* Cerita remaja atau teenlit:

Cerita remaja biasanya judulnya lucu, gaul, terkesan lincah, khas remaja. Bisa berupa kalimat: Rasanya Mau Mati Aja!; atau parodi: Gone with the Gossip, The Lost Boy: Salah Culik; intisari cerita: Fairish.

Bisa juga berupa alias dari tokoh: De Buron.

* Roman:

Novel roman biasanya judulnya romantis: Ketika Cinta Harus Memilih; Bila Hatimu Terluka; Piano di Kotak Kaca.

* Metropop:

Metropop adalah novel yang mengisahkan kehidupan masa kini di kota besar/metropolitan. Seperti teenlit, biasanya judulnya juga gaul. Contohnya: Zona@Tsunami; Soulmate.com; Cinta Paket Hemat; Tarothalia; Alita @First.

* Fiksi Islami

Judul-judul dalam fiksi Islami juga khas, yaitu kata-kata yang menyejukkan batin. Contohnya: Ayat-ayat Cinta.

* Fiksi anak-anak

Biasanya judulnya sesuai dengan kehidupan anak-anak SD. Misalnya: Sunatan Massal; Duit Lebaran; Petualangan Buana dan Ema: Gara-gara si Munyuk.

* Roman Misteri

Judulnya mengisyaratkan isi cerita tersebut. Misalnya: Ketika Maut Ikut Bercinta; Misteri Gaun Merah, Apartemen Lantai 7.

2. Gaya bercerita

Lancar, menarik, tidak lamban dan bertele-tele, tidak monoton, tidak datar.

Gaya bercerita harus membuat seseorang ingin terus membaca. Pada waktu menilai naskah, para editor menempatkan diri sebagai konsumen awal. Judul, oke. Gaya bercerita? Wah, baru 10 halaman sudah ingin berhenti, itu berarti buku atau naskah tersebut tidak menarik. Karena itu biasanya Bab 1 adalah bab yang menggugah minat pembaca. Pengenalan tokoh utama. Jangan konvensional. Misalnya tokoh bangun tidur, lalu beres-beres tempat tidur, mandi, setelah itu sarapan, lalu beres-beres buku, lalu pamit dan lari ke sekolah. Sebagian besar pembaca tidak suka adegan seperti itu. Lebih menarik adegan: tokoh utama menerobos masuk ke kelas dengan heboh karena sudah terlambat. Karena tadi buru-buru, dia nggak sadar kaus kakinya belang-belang. Lalu flashback sedikit ke belakang saat terlambat bangun di rumah. Atau bab tersebut sudah dimulai dengan konflik ringan yang menggelitik.

3. Tema

Tema harus menarik. Tema satu buku dan buku lain bisa sama—misalnya tentang cinta—tapi jika gaya bercerita dan sudut pandang masing-masing pengarang berbeda, begitu pula alurnya, tidak apa-apa. Lebih baik lagi kalau memilih tema yang baru, yang jarang atau belum pernah dibuat orang.

4. Isi

Isi tidak vulgar, tidak menyinggung SARA, ada manfaat atau pesan moral yang bisa dipetik pembaca dari karya tersebut. Misalnya: mendidik, mengajarkan kebaikan, kebijakan, kepantasan, kejujuran, cinta kasih, rela berkorban, optimisme, rasa kemanusiaan.

5. Panjang naskah

Untuk cerita remaja berkisar antara 150-200 halaman. Dan untuk naskah dewasa, berkisar 200-250 halaman. Dengan format: kertas ukuran A4, spasi 1.5, Font Times New Romans, ukuran 12 point.

2. SELEKSI PASAR

Setelah lulus seleksi editor, naskah diproses hingga terbit, dia akan mengalami lagi seleksi kedua yang lebih berat, yaitu seleksi pasar.

Pada saat ini ada begitu banyak penerbit, ada begitu banyak buku diterbitkan, sementara daya serap pasar sangat rendah. Hasil analisis penjualan GPU tiap bulan memperlihatkan bahwa 80% pembeli ada di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan. Paling besar di Jakarta. Oleh sebab itu buku-buku yang terbit akan mengalami persaingan hebat di pasar.

Jika pengarang karyanya menjadi karya bestseller, untuk seterusnya buku-bukunya akan selalu dinantikan konsumen. Kalau tidak menjadi bestseller tapi disukai dan mengalami cetak ulang walaupun tidak secepat karya bestseller, juga akan menjadi pertimbangan penerbit jika pengarang tersebut mengirim naskah lagi.

Namun, kalau karyanya tidak laku di pasar, biasanya pihak penerbit tidak akan menerbitkan lagi, karena buku-bukunya akan menumpuk di gudang, dan itu merugikan penerbit karena penerbit harus membayar sewa gudang untuk penyimpanan buku-buku tersebut. Akhirnya, biasanya penerbit akan mengobral buku-buku yang tidak laku tersebut. Persaingan ini menjadi sangat berat, karena hampir setiap minggu muncul buku baru, sehingga buku yang terbit minggu sebelumnya dan kebetulan kurang diminati pasar akan tersisihkan.

Sekarang, bagaimana trik-trik agar naskah tidak ditolak?

Dari pihak Penerbit:

1. Usahakan membuat novel yang baik. Yaitu novel yang bagus, yang menghibur, yang lucu, mengandung manfaat, mengandung pesan moral, yang membuat penasaran atau menimbulkan misteri dari bab awal sampai akhir, dan ditulis dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik (untuk novel remaja, memakai bahasa gaul sah-sah saja, asal bukan bahasa yang kasar, vulgar), diceritakan dengan gaya bahasa yang enak dibaca, tidak membosankan, dengan karakter-karakter dan cerita yang dibuat sebaik mungkin.

2. Banyak membaca berbagai jenis tulisan atau terbitan agar tahu berbagai karekter jenis terbitan. Dengan demikian kita juga tahu jenis apa yang kita tulis, tema apa saja yang sudah banyak di pasaran, dari sisi mana kita mau membeberkan kisah kita walaupun tema tersebut sudah ada. Kita harus tahu apa kekhasan roman biasa, roman misteri, fiksi Islami, teenlit, metropop.

3. Selain harus suka baca, penulis juga harus terus latihan. Misalnya satu karya kita ditolak, jangan putus asa. Biasanya editor GPU—jika diminta—memberikan alasan kenapa karya tersebut ditolak, agar calon pengarang juga tahu di mana kekurangannya. Saya katakan jika diminta, karena kami tak mungkin menulis satu demi satu alasan untuk sekian banyak naskah yang belum memenuhi syarat atau belum lolos seleksi. Ada begitu banyak pekerjaan editor, sehingga tidak bisa semuanya kami beri komentar.

Seperti pemain piano, atau ilustrator, mereka tetap harus tetap berlatih agar supaya tidak kaku, pegitu pula penulis. Ada penulis yang baru menulis satu novel, diterbitkan, tapi lalu berhenti atau lama tidak menulis, padahal dia berbakat, biasanya karya keduanya, yang mungkin lama baru dia tulis lagi, tidak sebagus karya yang pertama. Jadi di sini, bakat dan latihan juga menentukan. Ada pengarang kami yang menyediakan waktu dua jam dalam sehari untuk menulis. Menulis apa saja. Jadi karya-karyanya juga terus meningkat kualitasnya.

Bagaimana sebuah karya bisa menjadi bestseller?

1. Karyanya memang bagus dan sangat disukai. Bagian mengenai disukai sudah saya uraikan di atas: judul, tema, gaya bercerita, isi cerita.

2. Kedua, ada satu hal yang tidak bisa dipungkiri: faktor karunia Tuhan, yaitu keberuntungan. Keberuntungan ini bisa berbentuk: karya dengan tema tertentu datang di saat dan tempat yang tepat. Misalnya: Hilman, Esti Kinasih, Dyan Nuranindya, Ilana Tan, yang mengisi kekosongan jenis cerita remaja saat itu.

3. Promosi yang bagus. Pengarang-pengarang sekarang cenderung melakukan promosi diri, membangun fans, melalui blog, facebook, twitter.

HONOR DAN ROYALTI
Ketika naskah sudah diputuskan untuk diterbitkan, dan pengarang sudah diberitahu naskahnya diterima melalui telepon, surat, ataupun e-mail, maka kami mengirim kontrak ketika naskah sudah hendak diedit. GPU memberikan 10% royalti dari oplah buku, dikalikan harga buku, dipotong pajak.

Rumusnya: 10% x oplah x harga buku – PPN (10%) – PPh (15%)

Pada waktu penandatanganan kontrak, pengarang akan mendapat 25% dari royalti sebagai uang muka. Sisanya akan dibayarkan per enam bulan, sesuai eksemplar buku yang terjual.

JIKA NOVEL DIBELI PRODUCTION HOUSE

Jika karya-karya seorang pengarang termasuk best-seller ataupun disukai, biasanya ada pihak PH yang menghubungi. Mereka mau membeli novel tersebut untuk difilmkan, dibuat sinetron, atau FTV. Bahkan, selain dibeli, biasanya pengarang tersebut juga diminta menuliskan skenarionya sekaligus. Atau malah diminta membuat skenario untuk naskah-naskah lain di luar karyanya.

Hanya, yang perlu saya ingatkan di sini, biasanya sebagian besar dari mereka yang lalu menjadi penulis skenario akan kesulitan menulis novel lagi, kecuali mereka melakukan kedua hal tersebut bersamaan. Aktif menulis novel dan juga skenario. Berbeda dengan novel, skenario adalah rencana lakon sandiwara/sinetron/film berupa adegan-adegan yang tertulis secara terperinci sebagai panduan akting bagi para pemeran. Jadi tidak ada jiwanya, karena emosi dalam cerita akan divisualisasikan oleh si pemeran. Sedang novel adalah cerita tentang kehidupan yang sarat dengan emosi, ungkapan batin tokoh-tokohnya.

Penutup

Terbukti, jadi penulis itu enak. Selain mendapat kepuasan batin, menyalurkan hobi, juga menghasilkan uang. Sekarang bagaimana? Mau kan, jadi penulis? ;-)

Kalau ada novel kalian yang sudah siap untuk diterbitkan, kirimkan saja ke:

Redaksi Fiksi

PT. Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Building
Blok 1 Lt. 5
Jl. Palmerah Barat 29-37
Jakarta 10270

(VERA-EDITOR GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA)